Selama satu minggu sampai bertepatan hari pers nasional
(HPN) (9/2) kemarin, PWI-Reformasi Cabang Kabupaten Natuna, propinsi Kepri
mengadakan ekspedisi NKRI penelitian perbatasan di kaki gunung Ranai serta
daerah berbatuan di Natuna.
Dalam penelitian ini, Persatuan Wartawan Indonesia Reformasi
(PWIR) Korcab Natuna bekerjasama dengan ahli geologi dari peneliti Agincourt
Resources G-Resources Group Ltd, dengan tujuan meneliti kandungan alam Natuna
beserta isi kandungan mineral yang belum terekspos secara merata keberadaannya
ahirnya akan dibuat sebuah buku jurnal kegiatan PWI reformasi masa bakti
2012-2015.
Penelitian itu juga meliputi pendataan kerusakan hutan,
pendataan pulau-pulau terdepan, penelitian geologi dan potensi bencana, pendataan
flora dan fauna serta pendataan dan penelitian sosial budaya.
Selama penelitian, menemukan hamparan batu granit di
Bunguran Utara, masyarakat di daerah ini bersyukur dengan munculnya batu-batu
itu karena selain membantu memberikan perlindungan dari tabrakan ombak laut,
batu juga bisa mereka manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
dengan cara dibakar, dipecah lalu dijual.
“Di Natuna banyak yang mengandalkan batu granit sebagai
sumber nafkah keluarga, karena melimpahnya hasil alam daerah membuat sejumlah
masyarakat mengandalkan hasil dari pemecah batu,” ujar Ketua PWIR Natuna,
Rikyrinovsky.
Ternyata di balik keunikan batu tersebut dari Kualitas batu
hitam atau yang di kenal dengan sebutan ”granit” yang ada di Bukit Senubing,
Kecamatan Bunguran Utara, Natuna, Kepulauan Riau, memiliki kualitas ekspor. Hal
ini terlihat dari kandungan batu granit yakni Plagioklas, Alkali fedsfar dan
Kuarsa. “Dengan kandungan ini, batu granit lebih keras dengan corak warrna
hitam kehijauan,” ungkap Geologis, Muhammad Jendry yang juga almunus
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jogjakarta.
“Kandungan dalam bongkahan batu granit sangat berkalitas
super dan sangat disayangkan pemerintah daerah kurang mengerti dan tanggap
serta sosialisasi ke warga tentang kalitas batu granit ini. Seharusnya batu
granit ini menjadi komoditi ekspor, ini malah diproduksi secara tradisional,”
tambah Jendri menyayangkan.
Kualitas Batu granit di Natuna sangat baik dan dimanfatkan
utuk ornament marmer dibandingkan harus dipecah butiran kecil sehinga harga
ekonomisnya sangat mahal.
Lebih lanjut dikatakn Jendry, batu cincin, pada dasarnya
adalah cairan sisa magma (late magmatic) yang kemudian mendingin. Saat proses
pendinginan, terjadi percampuran-pencampuran kimia mungkin terjadi yang menyebabkan
banyak variasi warna. Penvampuran fisik juga bisa terjadi sehingga kadang juga
sering dijumpa batu cincin yang berbatas.
Dalam istilah umum, batu cincin disebut batu akik. Dalam
istilah geologi disebut sebagai gemstone. Gemstone sendiri masih general
sehingga bila di defenisikan, gemstone terdiri dari beberapa group batu. Namun
sebenarnya bukan batu, tapi mineral. Inilah yang disebut sebagai Kalsedon.
Kalsedon berbahan dasar Silika yang bahan dasarnya dari
magma juga. Kalsedon, banyak jenisnya, dan jenis kalsedon yang banyak inilah
yang kemudian manjadi istilah di orang awam sebagai, kecubung, batu sapphire,
giok, merah delima, dan lain-lain.Itu semua adalah satu group kalsedone.
Minerel Bijih
Mineral bijih yang diolah menjadi bahan komoditas ekspor atau impor. Misalnya,
besi, seng, tembaga, perak, timah , emas dan lain-lain. Dan bijih, tidak bisa
dibuat cincin, karena bila digosok makin buram bukan makin mengkilat.
Jadi, batu cincin adalah hal yang biasa bagi geologist,
namun luar biasa bagi yang lain. Sebaliknya orang lain akan anggap biasa batu
bijih.
Batu Rijang
Hasil risert dikerjakan berapa sampel batu serta kandungan pasir di Natuna akan
diteliti lebih dalam di laboratorium, secara kasatmaata bebatuan di Natuna
sangat berkualitas ekspor tapi sayang pemerintah daerah tidak ambil peduli
memikirkan peluang dari batu tersebut, malah batu-batu itu dipecah menjadi
kerikil utuk bahan bangunan.
Potensi kandungan mineral di Natuna selain geranit, juga
memiliki potensi pasir Zirkon. Bagi masyarakat umum, zirkon diketahui sebagai
bahan baku untuk keramik dan komponen elektronik. Akan tetapi, zirkon juga
digunakan dalam pembuatan selongsong pembangkit listrik tenaga nuklir.
Selongsong adalah semacam tabung untuk diisi bahan bakar uranium.
“Banyak yang belum mengetahui manfaat zirkon. Padahal, dalam
pasir zirkon juga ada titanium,” tandas Muhamad Jendry.
Lebihnya lagi, di pelabuhan Selat Lampha, kecamaan Bunguran
Bara terdapat batu rijang. Rijang merupakan batuan sedimen yang diendapkan di
laut dalam (abyssal), yang berdasarkan kandungan fosil renik Radiolaria
menunjukan bahwa batuan ini berumur kapur atas, sedangkan batugamping merah
adalah endapan plankton gampingan yang mungkin terkumpul pada bagian-bagian
meninggi setempat-setempat.
Kebanyakan perlapisan rijang tersusun oleh sisa organisme
penghasil silika seperti di atom dan radiolaria. Endapan tersebut dihasilkan
dari hasil pemadatan dan rekristalisasi dari lumpur silika organik yang
terakumulasi pada dasar lautan yang dalam. Lumpur tersebut bersama-sama
terkumpul dibawah zona-zona plangtonik radiolaria dan diatom saat hidup di
permukaan air dengan suhu yang hangat. Saat organisme tersebut mati, cangkang
mereka diendapkan perlahan di dasar laut dalam yang kemudian mengalami
akumulasi yang masih saling lepas.
Disimpulkan, batuan sedimen merah ini terdiri atas lapisan
rijang dan lapisan lempung merah gampingan. Rijang berwarna merah karena
mengandung unsur besi dan berisi fosil radiolaria berusia 80 juta tahun atau
Zaman Kapur Atas. Batuan dasar samudera pada kedalaman minimal 4.000 meter ini
seharusnya horizontal, tapi menjadi tegak karena pengaruh tektonik yang
mengangkatnya.
Batuan beku di bagian atasnya adalah lava basal dari gunung berapi di dasar laut.
Lava bantal ini terbentuk pada zona pemekaran dasar samudra, yang langsung
membeku ketika terkena air laut. “Batu ini adalah bukti adanya kegiatan
vulkanis bawah laut yang mengakibatkan pemekaran tengah laut,” kilah Jendry.
http://media.kompasiana.com/new-media/2013/02/11/pwi-reformasi-penelitian-geology-natuna-533272.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar