NEGERI UJUNG UTARA

NEGERI UJUNG UTARA
PWI REFORMASI

Senin, 11 Juli 2011

PWI Reformasi: Korupsi meraja lela



Moral yang diakui semua orang tanpa peduli sukuapapun, agama apa, atau daerah mana Moral universal ituadalah perilaku yang terkait dengan kesengsaraan orang lain.


Kalau perilaku seseorang itu mengurangi kesengsaraan orang lain, dia disebut bermoral tinggi.Sebaliknya, bila tambah menyengsarakan orang lain, dia bermoral rendah. Moral yang lain adalah moralkelompok. Hanya kelompok tertentu yang menganggapsuatu perilaku tertentu itu tinggi atau rendah.Tetapi, kelompok lain tidak demikian.



Misalnya, pornoyang terkait dengan tinggi rendahnya rok perempuan atau belahan dada baju perempuan atau cara berpacaran.Yang semacam itu kelompok tertentu menganggap bermoralrendah, sedangkan kelompok lain bisa bukan amoral.



Itulah indikasi moral kelompok. Jelas pornografi tidakada hubungannya dengan kesengsaraan orang lain.Pornografi tidak termasuk dalam kriteria moraluniversal.


Korupsi kita kenal sehari-hari sebagai tindakan menyalah gunakan tugas atau wewenang seseorang yang sedang menjabat untuk kepentingan pribadinya. Jabatanitu bisa berupa presiden, menteri, direktur Pertamina,sekretaris, sampai pembantu rumah tangga.


Bentuk korupsi pejabat pemerintah bisa berupa sekadarmemakai uang tanpa pertanggungjawaban atau mendapatkanuang dengan jalan merekayasa pengeluaran, termasukmarkup atau menerima sogokan dari seseorang denganimbalan fasilitas yang kewenangannya dia pegang.



Akibatnya, yang mestinya dilarang menjadi boleh. Yangmestinya tidak berhak menjadi mendapat hak. Yangmestinya ditangkap menjadi bebas.Dampak korupsi pejabat itu sangat besar karena akanmenganulir sistem apa pun, dengan segala carapelaksanaan yang telah dibuat.


Termasuk di dalamnya UU, peraturan, tata tertib, dan sebagainya. Kalausuatu sistem pemerintahan itu sudah baik, tapi kita miskin terus, korupsilah yang membuat kita menjadimiskin.


Korupsilah yang merusak sistem karena sebagianbesar uang yang seharusnya kita pakai bersama seluruhrakyat telah ditilap pejabat.



Rakyat hanya dipakaisebagai kedok atau alasan untuk meraup uang. Korupsi marak dalam negara yang memuja grup-grupan,kubu-kubuan, fraksi-fraksian (=kroni, kolusi) dalam mengurusi masalah masalah publik, seperti institusiatau negara.



Korupsi dan KKN bisa dikatakan sebagai master key untuk membuka kejahatan lain, kejahatannegara, kejahatan terhadap rakyat. Biang kesengsaraan umum.


Bila kita tidak sanggup memerangi korupsi, sebenarnyakita percuma punya negara. Negara hanya menjadi ajangberpesta poranya pejabat dan penjahat yang tidakbermoral yang pasti akan berdampak pada kemiskinanserta penderitaan rakyat.


Dengan kata lain, janganberteriak mau memberantas korupsi kalau dalam dirinyamasih memuja kepentingan pribadi dan kelompoknya dalam menjabat di ranah publik.


Korupsi bisa terjadi bila pejabat yang terkait memang bermoral rendah dan institusinya tidak mengerti perbedaan kepentingan pribadi/golongan dan kepentinganpublik di ranah publik. Kesempatan untuk korup terbukakarena tidak ada kontrol dan sanksi/hukuman yangditakutinya. Tinggi rendahnya moral seseorang tidak bisa lepas dari etika kejujuran.


Para koruptor, walaumengerti bahwa korupsi akan menyengsarakan orang lain,berusaha merekayasa alasan untuk menutupinya. Tidakmau jujur. Kejujuran adalah sesuatu yang sukarmendeteksinya.


Para psikolog mengatakan, hampir tidak ada tes tentangkejujuran. Derajat keakuratan lie detector pun amatrendah. Karena itu, kejujuran tampaknya baru bisa dilihat di lapangan setelah diikuti perjalanan seseorang dalam tugasnya.


Seorang teman pernah heran,seorang pejabat tinggi negara, yang berpendidikan danmelewati beberapa jenjang tingkat sosial, bukankahseharusnya lebih mengerti tentang moral daripadamereka yang kurang pendidikannya atau kurang kedudukan sosialnya, tetapi nyatanya tidak demikian. Tidaksedikit pejabat tinggi yang korup merugikan orang lain, menyengsarakan rakyat.


Moralnya rendah. Rupanya,untuk bisa menjadi pejabat, tidak perlu punya moralyang tinggi (!). Atau, pendidikan moral kita di rumahdan di sekolah yang salah arah (!?)KesempatanKalau ada barang berharga tergeletak, bisa dimaklumi jika seseorang akan mudah tergoda untuk mencuri atau korupsi.


Apalagi moralnya memang rendah.Tetapi, kalaumoralnya tinggi, dia tidak akan mengambilnya karenamerasa tidak berhak. Sebaliknya, yang moralnya rendah,uang dalam lemari terkunci pun dengan mengendap-ngendap dia berusaha mencurinya.


Di negarakita sudah umum orang mengatakan ada kantor ataudepartemen basah dan ada pula yang gersang. Yang basahselalu dicari banyak orang. Itu tentu berbau adanyakesempatan korupsi.

Istilah basah dan keringmenggantikan istilah korup besar-besaran dan korupyang sedikit. Kita dibiasakan untuk menerima perilaku korup dengan istilah basah dan kering! Seolah-olahwajar.


Tragis!Masalah kesempatan korupsi mengingatkan saya padapendapat Alan Greenspan saat menjabat Direktur FederalReserve USA. Pada saat anggaran negara menjadi positifdi era Presiden Clinton, Clinton berniat menginvestasikan dalam bentuk perusahaan.


Greenspanlangsung mengatakan bahwa pemerintah jangan sebagaipelaku perusahaan, jangan buat perusahaan negara, ituakan menjadi sarang korupsi, kolusi, dan prioritas.Saya jadi maklum mengapa di Indonesia penuh koruptor.


Karena di Indonesia banyak perusahaan negara,pemerintah masuk dalam eksekutif perusahaan. Karena itu, beberapa perusahaan negara terkenal basah, tempatkorupsi. Pengelolaan secara profesional tentu sudahtermasuk pengawalan terhadap harta perusahaan.


Banya kkonsultan yang benar-benar andal yang bisa menyehatkanperusahaan. Jasa mereka bisa dipakai.Masalah Publik dan PersonalKorupsi adalah masalah publik. Memakan uang rakyat,menyengsarakan rakyat.


Korupsi bukan urusan personal.Karena itu, kasus korupsi harus dilakukan di depanumum, pelaku korupsi adalah musuh rakyat. Tidak bisa dimungkiri, negara ini harus memopulerkan apa yangdisebut masalah publik dan masalah personal sebagailandasan berpikir bangsa.


Semua pejabat publik harusmaklum kalau dia dibayar untuk bekerja bagikepentingan publik, bukan personal. Masalah publik danranah publik yang disulap jadi ranah personal adalahpenyalahgunaan fatal yang bisa menghancurkan negara.Di negara kita, korupsi sudah membudaya. Artinya, kitaharus bekerja berat, mengubah budaya. Bisa? Bisa! Asal dilakukan dengan tersistem, konsisten, dan pimpinanyang profesional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RSS FEED