NEGERI UJUNG UTARA

NEGERI UJUNG UTARA
PWI REFORMASI

Sabtu, 25 Juni 2011

Pantai Kencana Persinggahan Virus HIV Aids




Pantai Kencana Persinggahan Virus HIV Aids
Dulu pantai ini bernama Pantai Stres, letaknya persis di tengah Kota Ranai sekitar 100 meter dari kediaman bupati Natuna, Ilyas sabli. Saat memasuki sore hari, sejumlah pedagang sudah mulai memasang tenda berbentuk payung dengan meja bulat berukuran satu meter.

Kursi-kursi plastik pun mulai ditata agar terlihat rapi dan gema suara musik berdentum segera meningkahi sore jelang malam, yang berasal dari sound sistim membuat suasana pantai mulai terasa hidup.

Tak cuma itu, di kawasan pantai kencana masyarakat juga dimanjakan dengan sajian Live Musik walau dengan alat dan disain pangung tergolong sederhana tetapi cukup menghibur para penggunjung yang senggaja mampir ke kawasan tersebut bertengger di sudut Utara sebelah bibir pantai Kencana.

Kesan warung remang-remang sangat tampak saat malam tiba, hampir tidak ada penerangan di setiap meja yang ditata tadi. Hanya barisan gerobak-gerobak dan tenda yang terpasang permanen mengunakan bahan kayu saja yang berjejer di tepi jalan.

Begitu memasuki kawasan Pantai Kencana jalan Sukarno Hatta, baru terlihat orang sedang menikmati makanan atau minuman. Tempatnya sedikit gelap, hanya kelibatan lampu kendaraan saja yang sesekali melintas sebagai penerang untuk melihat makanan apa yang disantap sembari bercengkramah bersama pramusaji dadakan alias tidak tetap.

Ada yang menarik saat Anda duduk di pantai yang sebagian orang Ranai menyebutnya dengan sebutan Pantai Stres, meski Pemkab Natuna sudah mengganti namanya menjadi Pantai Kencana. Karena, konon yang duduk dipantai ini biasanya orang-orang stres. Agar tidak tambah stres, para pelayan wanita ini akan siap menemani Anda selama duduk di meja mana saja yang Anda mau.

Sementara itu, salah seorang pengunjung kepada wartawan mengungkapkan bahwa sejumlah pramusaji di warung tersebut memang berprofesi ganda. Mereka memang terlihat menjual minuman namun di sisi lain, terkadang bisa menjual kenikmatan kepada pelanggan jika cocok.

”Tempat transaksinya memang di warung. Tetapi, eksekusinya di luar kedai,” ungkap pengunjung tersebut seraya meminta namanya dirahasiakan kepada wartawan di Sabtu malam 2011.

Dari pantauan media, keberadaan warung tersebut di kawasan tanah yang telah dibebaskan oleh pemerintahan Kabupaten Natuna pada tahun 2009 sebelumnya telah direncanakan untuk sarana rekreasi masyarakat dengan direklamasi pantai menyedot dana APBD milyaran rupiah.

Namun belakangan, kawasan Pantai Kencana tersebut semakin dijejali para pedagan lapak remang-temang, bahkan ada sebagian yang sudah membangunya secara permanen. Kelihatanya ada komitmen tertentu antara para pedagang dengan pihak pemerintahan kecamatan setempat, sehingga kegiatan tersebut dapat berjalaan hingga hari ini.

Namun sangat disayangkan, warung-warung tersebut ternyata dijadikan tempat transaksi sex, dan pelayan yang ditampilkan berusia dari 16-30 tahun,yang berasal dari sejumlah daerah luar dan dalam Natuna. Setiap warung punya pelayan atau pramusajinya sendiri, yang rata-rata berwajah lumayan cantik.

Selama ini warung remang-remang tersebut banyak dijadikan tempat nongkrong sejumlah orang meski hanya sekedar untuk mengopi, dan menghilangkan stres. Namun, dalam perjalanannya, banyak pramusaji menawarkan diri untuk memberikan pelayanan plus-plus kepada para lelaki hidung belang.

Pelayanan plus-plus tersebut biasanya dilangsungkan di rumah kontrakan para pramusaji itu yang memang tidak jauh dari kawasan tersebut. Salah seorang pelayan, Sinta (19) mengakui hal tersebut.

”Kalau ada pelanggan yang mau dan berani, kita ada tempat kok. Ada rumah yang bisa disewa,” ungkap Sinta tanpa beban.

Bagi tamu yang ingin pelayanan ekstra, biasanya sang tamu mengajak jalan sang pramusaji. kata Sinta, kalau harga cocok, tidak masalah, saya ikuti kemauan tamu itu, bang, kata dia.

Lanjut Sinta, biasanya dirinya tidak lantas diajak ke penginapan, saya biasanya di bawa ke daerah Puak dan Batu Kapal (tempat karoke ruangan tertutup menyajikan minuman beralkohol, yang lokasinya hanya 100 meter dari Masjid Agung Natuna).

Karaoke ini menurut Sinta ilegal dan tempatnya tidak tertata rapi, selayaknya tempat hiburan yang tertata rapi, ungkap Sinta polos. Menurutnya, ia siap saja memberikan pelayanan bila pelanggan setuju dengan harga yang ia tawarkan pas, kata sinta.

“Bila harga pas, bisa langsung tancap gas ke penginapan,” imbuh wanita berparas kulit sawo matang dan bertubuh mungil ini. Disinggung keberaniannya melayani pelanggan dengan mengajak ke hotel dan kontrakan pasca penertiban Warem (warung remang-remang) oleh Satpol PP beberapa waktu lalu, Sinta mengaku bila pelayanan ekstra itu sudah dilakukan sebelum ada penertiban. Ia juga mengaku tidak semua tamu yang datang ke warung berani ”main” begitu.

Mengenai praktik mesum oleh pelayan warung remang-remang ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Natuna kembali mendesak Pemkab dan juga pejabat berwenang untuk melakukan penertiban menyeluruh. Pasalnya, aktivitas yang dilakukan pramusaji tersebut akan merusak tatanan sosial di lingkungan masyarakat Natuna.

”Kalau mau ditertibkan, sebaiknya menyeluruh. Jangan yang hanya tampak di permukaan saja,” kata Ketua MUI Kabupaten Natuna, Daeng Rumaidi kepada media.

Dia berharap, penertiban lokasi praktik mesum tidak hanya dilakukan di lokasi tertentu saja namun juga di lokasi-lokasi lainnya yang juga diduga menjadi tempat praktik mesum. Misalnya saja, café yang berdekatan dengan sarana ibadah di daerah Puak Ranai dan hotel kelas melati yang juga ditengarai menjadi tempat mesum,Ujarnya.

Sementara dr Sunarto Kepala RSUD Kab Natuna menjelaskan, praktik prostitusi di Natuna sudah pada tahap memprihatinkan dan sudah ada beberapa kasus penderita HIV/AIDS yang ditemui di Kabupaten Natuna. Hal ini, menurut dia, menunjukan bahwa Natuna merupakan daerah yang tidak bebas dari HIV/AIDS. Karena itu, kegiatan penyuluhan maupun sosialiasasi yang berkaitan dengan hal ini harus terus dilaksanakan.

Dijelaskanya, dari angka tersebut telah diindikasikan penyebaran HIV/AIDS di Natuna cukup tinggi. Apalagi dengan penyebaran virus tersebut bak fenomena gunung es yang nampak permukaanya saja. Padahal bila ditelisik jauh lebih dalam maka akan diketahui lebih banyak lagi penyebaran di sini.

Ia menambahkan, jumlah yang disampaikan masih bersifat sementara, karena tim Kesehatan kabupaten Natuna berkerja melakukan pemeriksaan terhadap PSK yang beroperasi di wilayah Natuna serta masyarakat peduli akan kesehatannya.

Untuk menanggulangi permasalahan ini diperlukan kerjasama yang baik dan peran masyarakat dengan selalu menanamkan dan membudayakan hidup bersih dan sehat sebagaimana yang telah dicanagkan oleh Pemerintah Kabupaten Natuna beberapa waktu yang lalu.

“Tidak ada kata terlambat untuk mencegahnya, sebelum virus tersebut menular lebih luas,” Pungkas dia.


Pedagang Ogah Pindah Lokasi
Puluhan pedagang Pantai Kencana menolak dipindahkan ke lokasi baru di Batu Kapal yang disediakan Perusahaan Daerah (Perusda) Kabupaten Natuna. Pasalnya, selain dinilai kurang strategis, pemerintah kabupaten belum akan membangun Pantai Kencana tahun ini.

Bupati Natuna Ilyas Sabli, dalam instruksinya meminta para pedagang Pantai Kencana sudah harus mengosongkan kawasan tersebut sebelum bulan puasa tiba.

Menurut Camat Bunguran Timur Jarmin Sidik, pihaknya sudah bertemu dengan para pedagang Pantai Kencana, ahir pekan lalu, membicarakan soal relokasi tersebut.

Dalam pertemuan tersebut, para pedagang banyak yang menyatakan tidak bersedia dipindahkan ke lokasi yang baru.

"Saya tak bisa berbuat banyak, jika mendengarkan berbagai alasan yang dilontarkan para pedagang. Intinya mereka mau pindah dari Pantai Kencana jika pembangunan Pantai Kencana dilaksanakan tahun ini juga. Namun sebaliknya jika pembangunan tidak dilakukan tahun ini, mereka berharap pemerintah tidak memindahkan mereka dari pantai kencana" ujar Jarmin.

Mengenai lokasi baru yang disediakan Perusda di Batu Kapal Kelurahan Ranai Kota, kata Jarmin, pedagang banyak tidak setuju, soalnya lokasi kurang strategis. Tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak terkait instruksi bupati tersebut.

"Saya sudah bertemu dengan pihak Perusda, mereka hanya akan menyediakan lahan dan lampu penerangan saja. Nanti setelah lokasi baru itu selesai disiapkan, saya dan Perusda akan menghadap Pak Bupati" katanya.

Niat pemerintah kabupaten untuk memindahkan pedagang Pantai Kencana sebenarnya sudah lama. Ini terkait isu yang sudah terlanjur berkembang di masyarakat mengenai aktivitas kopi pangku di Pantai Kencana itu. Kata ”kopi pangku” (ngopi sambil memangku pelayan) merupakan sebutan bagi masyarakat Natuna untuk aktivitas di Pantai Kencana.

Menanggapi isu ini, Camat Bunguran Timur Jarmin Sidik sempat menggelar petemuan dengan para pedagang di Pantai Kencana. Pertemuan ini membahas polemik tentang keberadaan kopi pangku dan pedagang yang menjual minuman keras yang telah meresahkan masyarakat.

Hadir juga dalam pertemuan itu, perwakilan dari Polsek Bunguran timur, Koramil dan Babinsa Ranai kota serta tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.

Jarmin Sidik mengatakan, tujuan digelarnya pertemuan ini agar aksi kopi pangku serta penjualan minuman keras di Pantai Kencana tidak terjadi lagi.

"Selama ini banyak masyarakat yang mengatakan bahwa pelayan yang berjualan di Pantai Kencana kerap menggunakan pakaian yang tidak senonoh. Ini membuat para pengunjung tidak nyaman. Selain itu juga banyak yang menjual minuman keras," ujarnya ketika itu.

Dikatakan, kendati tidak semua pelayan yang melakukan aksi kopi pangku tersebut, kata Jarmin, pihaknya sudah memberikan imbauan kepada seluruh pemilik warung agar kiranya pelayannya tetap memperhatikan norma agama dan norma susila dalam melayani para pengunjung.

Jarmin berharap, ke depan Pantai Kencana bisa menjadi tempat berkumpulnya masyarakat Natuna dalam melepas lelah sembari menikmati seteguk kopi manis dengan kerabat serta keluarga.

Ke depan, Pantai Kecana juga harus mampu menjadi objek wisata yang dapat menarik wisatawan luar untuk datang ke Natuna.

Tapi apa pun alasanya, image buruk Pantai Kencana sudah terlanjur tertanam di benak masyarakat. Jalan satu-satunya adalah merelokasi para pedagang ke tempat baru dan menata kembali Pantai Kencana menjadi tempat hiburan yang sehat dan jauh dari perbuatan maksiat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RSS FEED